Cari Blog Ini

Minggu, 29 Januari 2012

The Amazing Four-Day Bikepacking Trip (4)

Kucopy-paste dari sini

Day 4, 22 Juni 2011

Sehari sebelumnya, Ranz sempat melontarkan ide untuk gowes ke Kaliurang. Namun belum yakin jadi atau tidak. Seusai mandi, ketika Ranz bertanya, “Hari ini kita kemana?” ternyata aku ga punya ide juga. (Dan Ranz menyesaliku yang dulu kurang dolan ketika kuliah hingga ga tahu arah, selain kos – UGM – Malioboro. LOL.) Akhirnya dari pada bingung, aku pun menyambut ide Ranz, “Naik ke Kaliurang?”

Kita turun dari lantai dua sekitar pukul 9. Sang nyonya rumah dan kedua anaknya sedang molor, LOL, maka kita berdua pun hanya pamitan kepada si Teteh, sang PRT. Teteh menawari kita sarapan. Entah mengapa baru pagi itu aku nyadar kalau Ranz butuh waktu lamaaaa untuk makan. Hihihihi ... Kemarin sore waktu kita makan di rumah makan Pak To, dia ga menghabiskan makan yang dia ambil sendiri porsinya, kupikir karena dia ga suka rasa masakan di situ. Padahal aku suka banget dengan ayam bakar bumbu baladonya! Always my favorite! Tapi mungkin aku yang terlalu terburu-buru ngajak dia pergi kali ya? Hihihihi ...

Kita meninggalkan rumah Detta sekitar pukul 09.30. (Aku hanya butuh waktu 5 menit untuk makan, sedangkan Ranz butuh waktu 30 menit! Hohohoho ...)

FYI, Ranz mengira trek tanjakan ke Kaliurang akan seperti tanjakan – alias jalan menanjak – yang landai seperti dari arah UGM sampai ke rumah Detta di jalan Kaliurang kilometer 8 sampai pol. Maka dia mengemukakan ide ke Kaliurang. Aku sendiri tahu pada kilometer tertentu, tanjakan bukan lagi merupakan jalan menanjak landai, namun mencuram.
Snow White pertama kali kuajak nanjak Kaliurang

trek masih berupa menanjak landai
Lima kilometer pertama kita lalui. Aku mampir ke sebuah mini market untuk membeli air mineral. Hanya sebentar kita berhenti, membeli air mineral, meminum beberapa teguk, kemudian kita langsung melanjutkan perjalanan.
Sesampai di kilometer 17, kita berhenti, beristirahat. Ranz berkomentar, “Wah, tanjakannya mulai curam! Ga nyangka, euy!” mulai dari sinilah, perjalanan terpaksa banyak tersendat karena tanjakan curam dan mentari yang bersinar terik!
Ranz ngapain tuh kok malah turun? lol

tanjakannya mana yak? lol
dari titik ini, tanjakan mulai curam
Kita berhenti lagi di kilometer 19,7 karena kebetulan ada plang penunjuk.  Air mineral pun cepat habis. Setelah foto-foto di lokasi itu, kita nggowes pelan namun pasti, yang jelas juga ngos-ngosan, tapi tetap tanpa TTB alias tuntun bike. LOL.

Dalam melanjutkan perjalanan, kita tak menemukan mini market tempat kita bisa ngadem sejenak dan membeli air mineral lagi. Untunglah masih ada warung-warung yang berjualan air mineral dan lain-lain. Aku sempat mampir untuk membeli sebotol air mineral dan coklat. Katanya coklat sangat bagus untuk mengalirkan tenaga.

Istirahat yang agak lama – sekitar 15 menit – ketika Ranz menemukan sebuah masjid. Waktu menunjukkan pukul 12.30. Ranz pun shalat Dzuhur.

Ketika ada spot-spot menarik untuk foto kita pakai untuk sekaligus beristirahat. Hihihi ...

peta titik kumpul pengungsi

Pockie mejeng!
Menjelang sampai di pintu gerbang taman rekreasi Kaliurang, dimana ada patung elang jawa, aku lihat segerombol laki-laki muda yang beristirahat disamping sepeda motor mereka masing-masing. Tanjakan di sini sangat curam. (Hah, mereka naik motor! Kita berdua naik sepeda! LOL.) beberapa dari mereka pun berseru-seru waktu melihat aku mengayuh pedal Snow White melewati tempat mereka beristirahat, “Ayo mbak, kayuh terus ... kayuh terus ...!”
horeeee ... nyampeeee :D
Melewati patung elang jawa, ternyata jalanan menurun hingga tempat parkir taman rekreasi Kaliurang. Wedew, terbayang ternyata entar pulangnya ga lepas dari tanjakan lagi! Hohoho ... Namun kepuasan bahwa kita telah sampai di tujuan, naik sepeda, tanpa TTB sangatlah besar! And you can imagine, orang-orang yang berada di kawasan situ pun terheran-heran melihat kedatangan kita berdua yang naik sepeda. (Perlu diadakan jumpa pers kali ya? Hihihi ...) kita sampai di pelataran parkir tersebut sekitar pukul 13.40.
dengan latar belakang yang masih nampak gundul
di kawasan Kaliurang
Keprihatinan melanda ketika memperhatikan hutan yang gundul di sebelah kananku (don’t ask me arah mata angin, aku ga tahu, LOL.), tentu bekas diterjang awan panas dan lahar. Sedangkan hutan yang terletak di sebelah kiri masih terlihat hijau, yang tentu tidak diamuk oleh awan panas. Awan panas bergerak ke arah kemana angin berhembus bukan?

Aku dan Ranz sempat ditawari orang untuk berkunjung ke kawasan yang sempat dilanda bencana, dimana masih banyak pohon-pohon gundul tumbang. Mereka menawari mengantar kita kesana dengan naik sepeda motor, yang mungkin butuh waktu sekitar 15 menit, dengan biaya Rp. 20.000,00. Waktu aku bertanya bisakah tempat itu kita capai dengan mengendarai sepeda, aku tidak mendapatkan jawaban yang memuaskan. Hihihi ...
di dalam kawasan Tlogoputri

mejeng forevah! lol
Akhirnya kuputuskan untuk mengabaikan saja tawaran itu. Meski aku tidak merasa sangat lapar, aku tahu aku harus makan. Karena hawa yang dingin, aku memesan teh panas dan mie ‘nyemek’ panas. Ranz memesan es teh (buset dah, es teh di saat hawa dingin gitu), indomie goreng, dan sate ayam.
 
aku dan emping :)


tiket bea pemakaian toilet :P

Sekitar pukul 15.00 aku mengajak Ranz memasuki kawasan wisata Tlogo Putri. Masih sangat terlihat sisa-sisa ‘amukan’ Merapi yang meletus akhir Oktober hingga November tahun lalu. Aku tak lagi menemukan trek tempat aku dan Angie sempat ‘hiking’ di kawasan ini pada bulan Januari 2003 lalu. (Sudah lamaaaa!) Itu sebab aku dan Ranz tidak butuh waktu lama untuk berjalan berputar-putar di kawasan Tlogo Putri. Banyak monyet yang bergelantungan dengan jinak, tanpa mengganggu pengunjung.

Keluar dari kawasan TP, aku dan Ranz memutuskan untuk mencari kawasan yang ditawarkan oleh orang yang kita diminta membayar Rp. 20.000,00 itu, dengan naik sepeda. Kita menggunakan asumsi, “Kalau tempat itu bisa dijangkau dengan naik motor, tentu bisa juga dijangkau dengan naik sepeda!”
And, we found it!

Melihat trek yang cocok untuk XC, Ranz langsung bergairah untuk eksplore! (Dengan resiko: kita akan turun semakin sore sehingga kemungkinan langsung pulang ke kota masing-masing harus ditunda.) “Tidak rugi datang ke Jogja karena menemukan trek ini!” teriaknya dengan gembira. Well, dia harus ‘melewatkan’ kesempatan XC ke Gunung Maling pada hari Minggu 19 Juni karena dia merasa perlu menjemputku ke Semarang.
sisa-sisa keganasan wedus gembel

pertama kali dolan berdua Ranz, aku sampe bingung dipoto mulu! lol

Snow White dolaaan ... 
Rasanya ingin terus eksplore ke tempat yang lebih masuk lagi dari tempat dimana kita temukan beberapa ‘turis lokal’ yang juga sampai di situ dengan naik (ojek) sepeda motor yang sedang asik berfoto-foto juga. Mereka pun tersenyum-senyum melihat dua perempuan mencapai tempat itu naik sepeda. Akan tetapi karena kita lihat kabut sudah mulai turun, dan daerah itu mulai sepi – semua turis sudah dibawa kembali oleh para pengojek – akhirnya aku dan Ranz pun meninggalkan lokasi. Tidak berani eksplore lebih jauh lagi.
ketoke aku durung siap dipoto ki :P


Ranz izeng! 

Kawasan Kaliadem yang (masih) gundul
gundul :(

Snow White mejeng :D
Tak jauh dari lokasi itu, kita menemukan masjid hingga kita mampir: Ranz shalat ashar.

Perjalanan pulang ke jalan Kaliurang kilometer 8 sangatlah menyenangkan! Turunnnnn terussss tanpa perlu mengayuh pedal! Waaahhhh ... if only bisa selalu tanpa mengerem! Hihihi ...

Kita sampai di rumah Detta pukul 17.15. Jika untuk berangkat kita butuh waktu kurang lebih empat jam, pulangnya kita hanya butuh waktu sekitar 45 menit! YAY!

Seperti biasa, aku langsung mandi. Ranz sempat mengemukakan idenya untuk ke kawasan UGM, dia ingin mencicipi burung puyuh, namun ternyata malam itu listrik mati! Wedew, malas deh kalau gelap-gelap gitu keluar rumah. Akhirnya aku hanya ngobrol dengan Detta di kamar tidur untuk tamu itu, sedangkan Ranz dengan khidmat mendengarkan. LOL.

Entah jam berapa listrik menyala kembali. Detta minta ijin untuk menemani anak-anaknya latihan main organ. Sedangkan aku dan Ranz makan malam di ruang makan di lantai bawah. Kali ini aku dan Ranz makan sambil ngobrol sekitar satu jam!

Sekitar pukul 21.30 aku dan Ranz naik kembali ke kamar kita menginap. Dan ternyata, aku mengantuk! Hingga ketika Detta datang dan bertanya ke Ranz, “Besok acaranya mau kemana?” aku sudah molor. (tapi aku masih ‘sadar’ untuk mendengar pertanyaan ini. Hihihi ...) Ranz menjawab, “Besok pagi rencana kita pulang.” Yang disahut Detta dengan nada heran, “Lho? Mau pulang besok?”

Ahhh , wish I could have stayed longer. Aku berniat gowes ke Parangtritis namun belum kesampaian.

Day 5, 23 Juni 2011

Aku bangun sekitar pukul empat pagi. Aku langsung packing, dan mandi. Jam enam aku dan Ranz meninggalkan rumah Detta, dimana seperti sehari sebelumnya, sang nyonya rumah + tuan rumah masih tidur bersama dua anaknya. Kita berdua hanya pamitan kepada Teteh.
Pockie mejeng dulu sebelum balik ke Solo
Ranz mengantarku sampai pool bus Joglosemar di jalan Magelang. Aku dapat tiket bus yang berangkat jam 8. Katanya bus yang jadualnya berangkat jam enam baru saja meninggalkan tempat. Ya sudah, it is ok. Sekitar pukul 06.40 Ranz meninggalkanku untuk menuju stasiun Tugu. Dia akan pulang ke Solo naik kereta.

Pukul delapan ketika bus yang kunaiki meninggalkan pelataran parkir pool, Ranz mengabari dia sudah sampai rumah. Perjalananku pulang pun lancar. Sampai di rumah sekitar pukul 11.45.

NOTE:
Millions thanks for Ranz who has helped me make one dream of mine come true: bikepacking! Seseorang yang pernah menawariku ide ini di akhir tahun 2009 lalu membuatku bermimpi-mimpi untuk bikepacking! Dan akhirnya kesampaian, meski ‘hanya’ dari Solo ke Jogja. Next time lebih jauh ya? 


Special note for Ranz (again): I love to see the happiness brighten your face during our journey!

2 komentar:

  1. kangen jogjaaaaaaaaaaaaaa ... hiks hiks

    beberapa photo tidak nampak sama seperti punyaku di postingan lama

    BalasHapus

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.