Cari Blog Ini

Selasa, 23 Agustus 2016

Sepeda Turing?

Tulisan ini berangkat dari keprihatinan ketika ada orang-orang di sekitarku yang mengatakan belum bisa turing a.k.a bikepacking a.k.a mbolang naik sepeda hanya gegara belum punya "sepeda turing".

Lhah. Sebegitunya kah sepeda turing ini bakal menghambat seseorang dari keinginan merambah kota-kota lain dengan naik sepeda?

Karena pada prakteknya, selama lima tahun terakhir ini aku dan Ranz -- soulmate mbolangku -- ga pernah berpikir tentang hal ini, kecuali satu hal. Sepeda lipat.

Mengapa sepeda lipat?

Seperti yang kutulis di link ini, sepeda lipat kita pilih karena kepraktisannya. Selama ini, memang pengalaman dolan kita adalah berangkat naik sepeda, sejauh yang kita rencanakan, kemudian pulangnya kita akan naik angkutan umum, misalnya bus. Lebih banyak bus yang 'welcome' pada sepeda lipat ketimbang sepeda berban 26'. Apalagi kereta api. :)

Austin di Pantai Serangan Bali. Pemandangan yang jarang lho ini Austin 'terbebani' pannier. Karena biasanya semua pannier nangkring di Pockie. kekekekeke ...

Satu hal yang wajib ada di sepeda lipat kita adalah rak boncengan. Rak haruslah dipilih yang cukup tinggi sehingga ketika kita meletakkan tas pannier di atasnya, tas tidak akan menyentuh tanah, plus tidak akan mengganggu gerak kaki kita mengayuh pedal.

Mengapa tas pannier? Karena konon ketika kita bersepeda jarak jauh, punggung haruslah terbebas dari beban apa pun. Dengan meletakkan tas pannier di rak boncengan memang akhirnya menyebabkan kayuhan pedal lebih berat ketimbang tanpa beban. Namun, oleh para pakar turing, kaki lebih tahan terbebani ketimbang punggung dalam jangka waktu lama.

Pockie, otw mbolang ke Tuban

Dalam petualangan bersepeda kita berdua selama kurang lebih lima tahun ini, kita berdua memang lebih sering naik sepeda lipat, karena ogah repot mengirim sepeda (besar) lewat ekspedisi, misalnya, setelah selesai mbolang. Jika jarak yang kita tempuh lumayan jauh, butuh waktu 4-5 hari, Ranz akan menaiki Pockie, sepeda lipat 20"nya. Jika hanya butuh waktu 2-3 hari, Ranz naik Shaun, sepeda lipat 16"nya.

Namun, tahun lalu, Ranz naik Haro, sepeda bmx-nya waktu kita mbolang ke Jepara dan menginap semalam disana, setelah dia membeli tas pannier yang khusus dipasang di bawah sadel. (Check this link.)

Haro dengan gembolannya

Bagaimana denganku? Aku lebih sering naik sepeda lipat, Awal mulanya aku naik Snow White, sepeda lipat polygon urbano 3.0. (Eh, Ranz yang naik Snow White, aku naik Pockie yang waktu itu belum dipasang rak boncengan yang memadai.) Kemudian naik Austin, sepeda lipat downtube nova. Dua kali aku naik Cleopatra, waktu dolan ke Candi Cetho dan Candi Sukuh.  Di saat yang sama, Ranz naik Shaun. LOL.



So?

Masihkah kamu memaksa dirimu sendiri untuk terlebih dahulu memiliki "sepeda turing" sebelum mengeksekusi keinginanmu bikepacking? Karena sebenarnya sepeda apa pun oke, asal nyalimu siap untuk itu. (ssshhhtttt ... teman-teman lowrider Semarang juga ada yang punya pengalaman mbolang luar kota lho? Naik sepeda jenis lowrider! hebat kan mereka?)

LG 13.13 24/08/2016

Untuk tips sebelum bikepacking, klik link ini yaaa?

Senin, 22 Agustus 2016

Segowangi 31

Berhubung aku berencana menghadiri acara peringatan ulang tahun BIKE TO WORK INDONESIA yang ke-11 di Solo pada tanggal 26-28 Agustus 2016, (dan para dara pesepeda yang tergabung di SEMARANG VELO GIRLS menolak untuk 'menggawangi' segowangi jika tetap diadakan pada tanggal 26 Agustus) pelaksanaan segowangi ke-31 aku ajukan di hari Jumat ketiga, yakni tanggal 19 Agustus 2016.


Seperti biasa, aku dan Ranz sampai di Balaikota jelang pukul 18.45. Belum ada penampakan pesepeda lain. Namun, tak lama kemudian satu persatu pesepeda mulai berdatangan. Nampak juga beberapa wajah baru.

Segowangi ke-31 ini kuberi tema DIRGAHAYU NEGERIKU INDONESIAKE-71 dengan dress code kaos atau jersey warna merah atau putih.

Rute yang kupilih kali ini Balaikota -- Jalan Pemuda -- Jalan Gendingan -- Jalan Imam Bonjol -- Jalan Hasanudin -- Jalan Satria Utara -- Jalan Brotojoyo (Pondok Indraprasta) -- Jalan Indraprasta -- Jalan Imam Bonjol -- Tugumuda -- Jalan Sugiyopranoto -- Jalan Jendral Sudirman -- Kalibanteng -- Jalan Pamularsih -- Jalan Puspowarno Raya -- Jalan Puspowarno Selatan -- Gereja Bongsari -- Jalan Pusponjolo Selatan -- Jalan Suyudono -- Lemahgempal (Kalisari) -- Jalan Dr. Sutomo -- Tugumuda -- Jalan Pemuda -- Balaikota.

Tidak ada sesi berhenti untuk foto-foto di satu tempat :)

Berhubung Semarang Barat (katanya) dipayungi mendung, Avitt khawatir hujan, maka dia datang naik motor. Walhasil, dia diberi tanggung jawab sebagai seksi dokumentasi, membantu fotografer utama kita, Ranz. :)

Suwun rekan-rekan yang telah datang untuk terus menjalin silaturahmi bersama. :)































UPACARA BENDERA 17 AGUSTUS 2016

UPACARA BENDERA LINTAS KOMUNITAS SEPEDA SEMARANG
17 AGUSTUS 2016

Tak terasa satu tahun telah berlalu. Saatnya kembali menghadiri upacara bendera untuk merayakan HUT negara Republik Indonesia tercinta. Tahun ini yang ke-71.

Tidak ada koordinasi antara aku dan om Bob Riza -- ketua (abadi) Semarang Onthel Community alias SOC -- maupun personil SOC. Meskipun begitu, dengan pede (plus selonongan LOL) aku memberi pengumuman di dinding grup B2W Semarang di facebook tentang penyelenggaraan upacara ini. Siapa tahu selain aku, akan ada pesepeda lain yang juga ingin ikut hadir.

(Ternyata, setelah sekian tahun berlalu tanpa ikut menghadiri upacara bendera, muncul rasa rindu upacara, rindu menyanyikan lagu INDONESIA RAYA. Mungkin juga rindu dipanggang panas mentari pagi waktu ikut upacara. LOL.)

Aku sampai di lokasi, Lawangsewu, pukul 07.30. Disana kulihat telah banyak pesepeda yang berkumpul, baik para anggota SOC maupun pesepeda lain. Bahkan kulihat Om Leo (Tatang), si kembar pesepeda yang tentu kondang di kota Semarang. Tahun lalu dia tidak datang. Apakah tahun ini Om Leo datang karena woro-woroku di dinding grup B2W Semarang? :)

Jika tahun lalu komunitas lari (mungkin Semarang Runners) ikut gabung kita, tahun ini yang gabung, semuanya pesepeda. Meski mungkin ada juga yang 'dobel profesi' , eh, dobel hobi : bersepeda dan berlari. (Asal bukan lari dari kenyataan saja. garing. LOL.)

Jika tahun lalu om Bob telah hadir di tekape pukul 07.30, kemudian memberi briefing, dll; tahun ini dia belum nampak sampai pukul 08.00. Ternyata, oh, ternyata, dia menunggui sang putri selesai upacara bendera di sekolahnya.

Meski harus menunggu lama, akhirnya upacara berlangsung khidmat. Semua gembira, semua merasa rasa nasionalisnya mencuat. LOL.

Berikut beberapa foto, sebagian jepretanku, menggunakan hape. Sebagian lain nyomot punya orang. NOTE : karena 17 Agustus tahun ini jatuh di tengah minggu (weekdays), Ranz tidak bisa menyempatkan diri untuk datang ke Semarang. So, foto-foto pun terbatas. :(




















Suwun buat kawan-kawan Senarang Onthel Community yang telah menyelenggarakan upacara ini dan mempersilakan kita semua untuk mengikutinya.

Suwun juga buat kawan-kawan komunitas lain yang telah bergabung, Low Rider Semarang, Federal Semarang, Kompal ((Gunung Pati), Kompak, Om Leo, dll.


Foto-foto dibuang sayang :)

Avitt

new couple *____*

mumpung turun gunung dari Sekaran :D

lagi ngapain, hayoooo :D

aku ingin tamasya keliling kota :D

kenapa makhluk satu itu nongol juga disini? wkwkwkwk

Om Leo, pesepeda Semarang yang tidak kenal dia berarti kurang gaul ... hahahahah

LG 07.17 23/08/2016

Laporan upacara tahun 2015 bisa dibaca disini :)