Cari Blog Ini

Rabu, 11 Oktober 2017

7amselinas 2017 Day 2

Day 2 Sabtu 16 September 2017

Gowes Bareng Sikil Kemeng Ati Seneng

Para seksi repot dari pihak Komselis telah sampai di venue – Balaikota Semarang – pukul 05.30. demikian juga banyak lipaters dari banyak kota. Namun karena EO belum datang, sound system juga belum berfungsi, suasana nampak belum begitu terkendali. Untunglah peserta bisa menikmati suasana itu untuk berswafoto, maupun foto rame-rame dengan komunitas masing-masing. Untunglah (2) warna  jersey peserta yang didominasi warna ungu itu super keren sehingga tentu foto-foto yang dihasilkan nampak cerah ceria. J

Sementara menunggu sound system difungsikan, om AB menggunakan toa ketika memberikan briefing pada para marshall, toa juga kita gunakan untuk memberikan instruksi pada para peserta untuk bergabung dengan komunitas dari masing-masing kota dan menempati lokasi-lokasi yang telah kita tentukan.

Di antara kerumunan itu, masih banyak peserta yang baru datang dan melakukan registrasi ulang di lokasi yang telah kita tentukan.


Hampir pukul setengah 7, setelah beberapa personil EO datang, sound system mulai berfungsi. Suasana mulai nampak terkendali. MC nampak mulai menempatkan diri di atas panggung.

Menjelang pukul tujuh yang mewakili pak Hendi Walikota datang. Beliau lah yang melepas keberangkatan pasukan “Gowes Bareng Sikil Kemeng Ati Seneng”. Pasukan dibagi ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kota. Satu pasukan diisi sekitar 30 orang dengan 1 orang marshall. Peserta dari Jabodetabek yang paling banyak – hampir 300 orang – dibagi dalam 10 kelompok dengan 10 orang marshall.

Mengabaikan kenyataan bahwa beberapa hari menjelang the big day aku hanya bisa tidur 2 – 3 jam, dikarenakan kesibukan seksi repot yang super, yang berarti tubuhku tidak begitu fit, aku ngeyel ingin ikut bersepeda, dan Ranz pun menemaniku gowes. Astro sudah dibawa ke Semarang je, mosok dianggurin? LOL. Hanya kita berdua dari seksi repot yang bersepeda. Yang lain, sadar diri bahwa tubuh (juga pikiran dan mental) telah lelah, mereka naik sepeda motor membantu kerja para marshall, atau naik mobil membawa konsumsi untuk dibagikan di sepanjang jalan, atau naik mobil sambil memantau situasi. Pak Budenk yang juga ikut repot membantu beberapa minggu menjelang the big day menyediakan diri menjadi fotografer.

Rute pilihan panitia sangat memanjakan mereka yang hobi nanjak, jadi mohon maaf bagi mereka yang kurang begitu menikmati gowes di tanjakan jika rute terasa begitu melelahkan. J Dari balaikota Jalan Pemuda, kita menuju Tugumuda. Untuk mengurangi penumpukan peserta di traffic light sebelum RSUP Dr. Kariadi, pasukan dibagi menjadi dua tujuan. (1) dari Tugumuda lurus ke Jalan Dr. Sutomo, menuju traffic light RSUP Dr. Kariadi (2) dari Tugumuda belok ke arah Barat, masuk Jalan Sugiyopranoto, kemudian menuju Jalan Suyudono ke arah kali Banjirkanal Barat, lanjut hingga Jalan Simongan. Setelah melewati Sam Poo Kong, lurus ke arah Timur, seusai jembatan, belok kanan, ke arah Jalan Kelud. Di Jalan Kelud ini, pasukan dari rute (1) dan rute (2) kembali menyatu.

Semarang sudah telanjur terkenal dengan jalanan yang penuh tanjakan, maka tanjakan lah yang kita pilih. Jika di event tahun 2012 Komselis memilih Gombel, event tahun 2014 Komselis memilih BSB lanjut ke arah Mijen, kali ini kita memilih di tengah, yakni Gunung Pati.

Setelah menyusuri Jalan Kelud, pasukan terus hingga jembatan besi (orang-orang sekitar menyebutnya sebagai ‘Kretek Wesi’) kita belok kanan, Jl. Dewi Sartika, yang merupakan penghubung antara kawasan Sampangan dengan kawasan Kalipancur, demi menghindari satu tanjakan, yakni Panjangan. J

Trek masih cukup bersahabat sampai perumahan Grand Greenwood. Di kawasan perumahan yang cukup elit ini, panitia menempatkan mobil pickup maupun truk untuk membantu mereka yang memilih loading, ketimbang menapaki tanjakan yang cukup curam.

Di tanjakan selepas Greenwood ini lah pasukan Gowes Bareng Sikil Kemeng Ati Seneng kocar kacir. LOL. Pehobi tanjakan akan terus ngacir, yang tidak begitu menyukai tanjakan akan menerima keadaan dengan menuntun sepeda lipat bersama peserta lain yang memilih ttb (alias tun tun bike). Namun tidak perlu khawatir, jumlah peserta yang ttb ratusan kok, jadi ga perlu malu. J

Setelah tanjakan yang cukup curam selepas Greenwood, trek sedikit datar beberapa meter. Setelah itu disusul tanjakan berikutnya, cukup curam juga, mana jalannya meliuk ke kiri kemudian ke kanan, dan cukup panjang.

Setelah beberapa tanjakan, menjelang sampai gapura masuk Goa Kreo maupun gapura selamat datang Waduk Jatibarang, trek menurun. Waktu menuruni trek turunan ini, aku melihat om Mada terbaring di sisi kiri jalan, dikerumuni beberapa kawan. Aku kaget, lhah barusan dia menyalipku di tanjakan sambil bersiul-siul gembira. Kupikir dia mendadak kakinya kram disebabkan trek yang menanjak, seperti yang kulihat di beberapa lokasi tanjakan sebelum itu. Beberapa saat kemudian aku tahu bahwa Om Mada terpeleset jatuh karena menghindari seorang anak yang mendadak menyeberang. Untung tak lama kemudian ambulans datang, Om Mada pun segera dimasukkan ke dalam ambulans dan dibawa ke rumah sakit.

Sore harinya aku mendengar kabar lagi bahwa Shabrina – putri nte Tia dari B2W Surabaya – juga jatuh di lokasi yang tak jauh dari lokasi Om Mada jatuh. Sementara Om Basuki jatuh di turunan Trangkil. Shabrina jatuh karena terpeleset, roda sepedanya menapaki pasir yang licin. Sementara di turunan Trangkil memang sebagian jalan itu sedang dalam kondisi pengecoran. Om Budenk kebetulan pas lewat lokasi, sehingga dia bisa langsung lihat kondisi Om Basuki. Seorang penduduk membantu dengan mengeluarkan kotak P3K-nya untuk memberikan pertolongan pertama.

Di gapura selamat datang Waduk Jatibarang, banyak peserta menumpuk disitu. Melihat trek yang ala roller coaster di depan mata, menurun panjang kemudian diikuti tanjakan panjang lagi membuat sebagian peserta malas melanjutkan perjalanan. Padahal panitia menyediakan kudapan berupa es kelapa muda dan gorengan di dekat pintu masuk Goa Kreo.

Ketika aku dan Ranz sampai di lokasi dimana panitia menyediakan kudapan, kulihat masih banyak es kelapa muda disitu, meski gorengan dan jajanan yang lain telah habis. Ini pasti karena banyak peserta yang enggan menapaki trek ‘roller coaster’ selepas waduk Jatibarang. J


Waktu menunjukkan pukul 11.00. Sudah sangat siang. Padahal perjalanan masih jauh. Aku dan Ranz sempat meminta izin ke Tayux untuk memandu peserta yang masih berkumpul disitu untuk kembali ke Balaikota lewat jalan datang, dan tidak perlu memutar ke Kandri dan turun lewat Unnes. Tayux mengizinkan. Maka kita mengajak peserta yang ‘tersisa’ disana.

Namun ketika kita keluar lewat gapura Goa Kreo, para peserta yang sedianya akan kita pandu kembali lewat jalan semula, diminta Tami untuk melanjutkan perjalanan ke arah Kandri, mengikuti jalur yang telah dipilih oleh panitia. Kebetulan di seberang gapura Waduk Jatibarang masih ada satu truck yang bisa dipakai loading peserta yang mungkin bakal bermasalah. Para peserta tersebut ternyata tidak keberatan untuk terus mengikuti jalur, lewat Kandri, kemudian turun lewat Unnes. Yuniar, ketua panitia 7amselinas memintaku dan Ranz untuk mengawal peserta yang berada di garis paling belakang ini, sambil naik truck. Kawasan Gunung Pati sebenarnya tidak terlalu jauh dari Balaikota, namun trek yang naik turun dan banyak jalan belok kiri kanan dan perempatan-perempatan yang ada membuat kita khawatir jika peserta tersesat. Meski, well, sehari sebelumnya Avitt dan Tami telah memasang petunjuk arah di perempatan-perempatan yang kita pikir crucial membuat orang tersesat.

Maka, aku dan Ranz pun duduk dalam truck, sambil mengawai para peserta yang tetap memilih gigih mengayuh pedal sepeda lipat masing-masing. Jika mereka berhenti untuk minum atau istirahat, truck yang kita tumpangi pun berhenti menunggu mereka bergerak lagi.

Dalam perjalanan selanjutnya, akhirnya beberapa peserta yang kita kawal ada yang kemudian memilih loading. Beberapa peserta yang masih tercecer, akhirnya dikawal beberapa marshall yang naik sepeda motor.

Truck yang kunaiki bersama beberapa peserta lain sampai di Balaikota sekitar pukul 13.00. Meski ketika masuk ke Jalan Pemuda aku telah melihat beberapa peserta naik sepeda lipat menuju hotel masing-masing untuk beristirahat, halaman balaikota yang cukup luas itu masih penuh dengan ratusan peserta lain. Di atas panggung utama terlihat MC sedang sibuk menghidupkan suasana. Mereka membagikan beberapa door prize. Aku juga melihat MC memanggil pihak United Bike untuk memperkenalkan produk terbaru mereka è sepeda lipat trifold. United pun membagi dua sepeda lipat untuk peserta yang beruntung siang itu.


Aku dan beberapa kawan seksi repot stay di pojok seksi konsumsi sampai sekitar pukul 15.00. Setelah foto-foto dengan background ‘wall of fame’ 7amselinas, kita pulang.

GALA DINNER

Aku dan Ranz kembali ke Balaikota sekitar pukul 18.30 untuk menghadiri gala dinner sekaligus malam puncak membagikan door prize. Masing-masing peserta resmi mendapatkan 3 kupon makan, masing-masing kupon makan bisa ditukarkan dengan berbagai jenis kudapan yang disediakan: nasi ayam, mie kopyok, tahu gimbal, nasi kebuli, garang asem, sate sapi, sate ayam. Untuk jajanan, panitia menyediakan kue mochi, ganjerel (ganjel rel), lumpia, dan wingko babat; semua khas jajanan Semarangan. Untuk minuman, peserta bisa memilih susu (disediakan oleh susu Karangdoro, langganan kawan-kawan pesepeda), es gempol, wedang tahu, dan air mineral.

Selain booth yang menyediakan berbagai jenis makanan, gratis untuk para peserta 7amselinas, juga ada booth yang menjual berbagai jenis makanan lain, selain booth sponsor, misal blibli.com dan zuna sports.

EO yang bertanggung jawab mengisi acara di panggung utama, dibantu oleh Om Duryanto yang penampilannya selalu menghebohkan itu.

Acara malam ini sedikit terganggu ketika ada sekelompok siswa sebuah sekolah negeri yang bikin suara memekakkan telinga dari mesin sepeda motor yang terus menerus digas selama puluhan menit di luar balaikota. Usut punya usut ternyata mereka sedang berusaha menarik perhatian masyarakat sekitar dalam rangka mempromosikan acara di sekolah mereka. L

Satu info penting yang disampaikan oleh pengurus id-fb  dalam acara gala dinner ini adalah bahwa jamselinas kedelapan akan diselenggarakan di Makassar, tahun 2018. Sementara jamselinas kesembilan akan diselenggarakan di Palembang, tahun 2019. Duh, luar Jawa terus selama 2 tahun berturut-turut nih.


MC menutup acara sekitar pukul 22.00. aku dan kawan-kawan seksi repot lain baru meninggalkan lokasi menjelang tengah malam karena masih banyak hal yang harus kita beresi. Rasa lega memenuhi rongga dada kami: acara utama telah selesai; tinggal satu hari lagi. Rasa lelah jelas juga kita rasakan, namun kita tak boleh patah semangat.

To be continued



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.