Cari Blog Ini

Sabtu, 10 Februari 2018

JFB9UYUB Saklawase

JFB9UYUB

Ini adalah event ultah JFB ketiga yang kuikuti bersama Ranz. Yang pertama, bertajuk pitulungan, ultah JFB yang ketujuh, tahun 2016. Yang kedua J150K2 ultah kedelapan, tahun 2017. Untuk ultah yang kesembilan, kawan2 Jogja Folding Bike memberinya judul JFB9UYUB (sak lawase).
Aku berangkat dari Semarang hari Sabtu 3 Februari 2018. Semula berniat mengayuh pedal Austin dari kantorku yang terletak di Jalan Imam Bonjol menuju (terminal kecil) Sukun, sekitar 12 kilometer dengan 4 tanjakan – Jl. S. Parman, Jl. Sultan Agung, Jl. Teuku Umar, dan puncaknya adalah Gombel. Namun ternyata keinginan ini tidak diizinkan oleh Semesta; hujan mengguyur kota Semarang sejak pagi hari!

setelah acara usai :)

Jam 12.00 ketika aku menyelesaikan tugas mencerdaskan kehidupan generasi penerus bangsa, hujan sudah menjadi gerimis. Namun karena sepanjang hari hujan dan gerimis terus berkelindan dengan mesra, aku pikir ada kemungkinan kuat di perjalanan gerimis ini akan berubah menjadi hujan. L Akhirnya aku mengalah: aku memesan gocar. Ga asik aja rasanya belum nyampe Jogja kok sudah basah kuyup, meski tetap memakai mantel. :D

Sekitar jam 13.10 aku sampai Sukun. Satu bus patas Semarang - Jogja yang sempat kulihat waktu aku turun dari gocar pelan-pelan meninggalkan Sukun. L Aku harus menunggu kedatangan bus berikutnya. Ini malah membuatku memiliki waktu untuk mampir ke toilet sebentar, dan mengisi perut ala kadarnya di warung yang ada disitu.

Jam 13.30 bus patas yang kunaiki mulai beranjak meninggalkan Sukun. Selama perjalanan hujan terus menerus turun, meski kadang intensitasnya berkurang. Aku sampai di Jombor pukul 16.30, tepat seperti prakiraanku : 3 jam dari Sukun menuju Jombor. Aku langsung unfold Austin, kemudian menaikinya menuju Malioboro, dimana Ranz telah menungguku di titik kilometer 0.
Setiba aku di depan benteng Vredebur, Ranz langsung mengabariku kabar gembira (untuk kita berdua!) Om Ayung Lim dari Tasikmalaya yang baru saja nyampe Jogja, ditelpon oleh keluarganya, diminta untuk kembali ke Tasik karena anaknya akan segera melahirkan cucunya. Karena sayang kamar hotel yang telah dia bayar sewanya ditinggal begitu saja, dia berikan kunci kamarnya ke om Aryo, satu panitia JFB9uyub, dan oleh om Aryo, kunci diberikan ke Ranz. :D Well, sebenarnya kita berdua telah booking satu kamar di penginapan lain, tapi masih bisalah kita cancel. Ihirrr.

otw dari Jombor

snacking time di hotel

Setelah cancel pemesanan kamar lewat online, kita menuju hotel Indah Palace yang terletak di Jalan Sisingamangaraja Jogja, kira2 sekitar 500 meter dari tikum gowes JFB9uyub keesokan hari. Setelah memasukkan barang-barang ke dalam kamar, menikmati kudapan makanan kecil dari hotel, kita keluar mencari makan malam. Perutku sih sudah cukup kenyang, tapi Ranz masih lapar. J otw nyari makan malam, kita bertemu pasangan om Suwandhi (dari Bandung) dan om Fatih (dari Jakarta) yang juga sedang mencari tempat untuk makan malam. Akhirnya kita berdua ngikut pilihan mereka untuk makan di Bakso Balungan di jalan Kol. Sugiyono itu. Usai makan, kita memisahkan diri. Mereka berdua menuju guest house Omah Lawas dimana kawan2 Komselis menginap, sedangkan aku dan Ranz kembali ke hotel, karena Ranz merasa kurang enak badan.
Sebenarnya awal mulanya aku dan Ranz pun akan menginap bareng2 kawan2 Komselis. Namun Ranz yang maunya segala sesuatu dikerjakan secepatnya, dia sudah memutuskan untuk booking kamar, ketika kawan2 Komselis sedang memilah dan memilih mau menginap dimana. :D Dan, ternyata akhirnya kita berdua pun dapat penginapan gratis. Rezeki emak yang baik hati dan tidak sombong. LOL.

Gowes JFB9UYUB 4 Februari 2018

Beberapa hari sebelumnya, panitia sudah mengumumkan bahwa mereka tidak lagi menerima pendaftaran ulang di hari Minggu pagi. Segala urusan pendaftaran ulang harus diselesaikan satu hari sebelumnya. Hal ini menyiratkan bahwa kemungkinan besar di hari Minggu pagi itu, kita bakal mulai gowes tepat waktu, yakni pukul 06.00, ga pake molor. LOL.

Pukul setengah lima Ranz sudah ke toilet, memulai ritual paginya. LOL. Jam lima gantian aku mandi, kemudian mempersiapkan diri. Pukul setengah enam kita keluar kamar, menuju dining room, tempat kita sarapan. Semalam Ranz sudah bilang kita mau sarapan lebih awal dari jam yang ditentukan hotel. Dan, ternyata benar, jam setengah enam itu, berbagai jenis makanan sudah disajikan.



Jam enam kita meninggalkan hotel menuju Museum Perjuangan di Jalan Kol. Sugiyono no. 24, satu jalan di Jogja yang mungkin tidak akan kutapaki jika bukan karena event ini. LOL. Sampai disana, sudah lumayan banyak pesepeda lipat yang datang. Kawan-kawan Komselis belum terlihat. Beberapa panitia terlihat menawarkan arem-arem untuk mengisi perut. Berhubung aku sudah kenyang ketika meninggalkan hotel, aku menolak ketika diberi. :D

Para peserta gowes JFB9uyub diberangkatkan sebelum pukul 06.30. Well, lumayan on time, ga pake molor panjang. Kali ini Ranz naik Pockie, sepeda lipat pocket rocket 20” yang telah dia pakai mbolang sejak tahun 2011, mungkin sepeda lipat yang paling pas untuk Ranz, bahkan jika dibandingkan dengan Astro, polygon urbano 3.0. J

Sejak awal, banyak pesepeda yang sudah langsung ngebut di depan. Terkadang kita berdua bahkan tidak melihat pesepeda di depan kita maupun di belakang kita. J Jika tidak ada marshall di titik-titik rawan, bisa-bisa kita tersesat nih. :D

Berhubung sewaktu kuliah di Jogja aku hanya mengenal kos (Jakal km 5 atau Jl. C. Simanjuntak) dan kampus Bulaksumur, tentu aku tidak tahu nama-nama jalan yang kita lewati yang menuju arah Kulon Progo. Pokoknya ngikut ajah.



Setelah mengayuh sepeda sejauh kurang lebih 15 kilometer, kita sampai di pitstop pertama, tak jauh dari Museum Suharto, mantan orang pertama Indonesia tahaun 1967 – 1998. Disini, kita tidak hanya diberi kesempatan untuk beristirahat, namun sekaligus menunggu pasukan yang masih ada di belakang, agar jarak yang terbentang tidak terlalu jauh; agar selama perjalanan terlihat gerombolan para pesepeda lipat yang mengenakan kaos warna biru dongker (black blue) dengan tulisan jfb9uyub di bagian depan.

Mungkin kita berhenti di pitstop pertama ini sekitar 30 menit. Aku dan Ranz yang tidak merasa lelah sama sekali ingin mendahului melanjutkan perjalanan, namun oleh panitia kita tidak diizinkan; weh, beda dengan waktu J150K2.

nanjak lho ini :D

Etape yang kedua masih menyuguhkan pemandangan yang hampir sama, hamparan sawah yang luas di sisi kiri dan kanan. Ketika kita sudah sampai di kawasan Kulon Progo, kita mulai juga melihat tumpukan gunung2 di ujung Barat. “Ini jalan yang kita lewati waktu kita gowes Solo – Purwokerto Maret 2013!” kata Ranz, mengingatkanku. Weleh ... kita sudah sampai toh di jalan ini?


Ternyata terkadang ingatanku sangat buruk. L Waktu kita sampai di satu turunan yang cukup curam dimana di bawah turunan itu ada jembatan, dan sungai di bawahnya adalah sungai Progo, Ranz mengingatkanku lagi. “Ini jembatan yang dulu kita foto!” waaaaa ...

Setelah melewati jembatan, trek nanjak yang cukup ngagetin menunggu. Weleh, kok aku ga ingat apa-apa tentang trek ini yak? L L L Setelah tanjakan itu, beberapa puluh meter di depan, ternyata masih ada tanjakan lagi. hohoho ... setelah itu, kita langsung belok kanan, menapaki jalan setapak. Wah, untunglah ga becek treknya. Hmm ...




Setelah beberapa meter melewati jalan setapak itu, kita diberi aba-aba untuk belok kanan, weleh, kembali ke arah Timur ini? Ini berarti kita dikerjain panitia. LOL. Apalagi ketika di satu jalan dimana kita belok kiri, kita bertemu satu panitia yang datang dari arah kanan. Waaah ... harusnya ga usah nanjak tadi! LOL.

Aku lupa melihat jam berapa kita sampai di satu tempat yang disebut Geblek Pari, Nanggulan, Kulon Progo ini, satu warung pinggir sawah dengan sajian khas pedesaan. Selain pemandangan sawah di sekitar, pemandangan gunung Menoreh sangat mengesankan!

ACARA ULANG TAHUN

Acara ulang tahun JFB dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Kemudian seperti biasa sambutan-sambutan. Dilanjutkan dengan pemberikan kenang-kenangan pada komunitas yang datang; satu kota diwakili satu komunitas sepeda lipat yang telah tercatat resmi oleh Indonesia FoldingBike. Yang paling ditunggu-tunggu, selain pembagian door prize dengan hadiah utama berupa sepeda lipat trifold dua biji, juga lelang frame sepeda lipat.




Untuk kudapan, pihak Geblek Pari menyediakan makanan-makanan khas desa, seperti geblek, pisang goreng, kacang rebus, dan beberapa jenis minuman, seperti teh, wedang sereh dan wedang rosela. Untuk makan besar, aku dan Ranz makan satu piring berdua; Ranz yang mengambilnya, berupa nasi, telur dadar, tempe goreng, oseng soun dan sayur terong.


Avitt menang 'ngebid' 

Acara selesai menjelang pukul 11.00. panitia mengumumkan bahwa ada satu armada truk untuk loading balik ke Jogja, meski beberapa hari sebelumnya diumumkan bahwa panitia tidak menyediakan armada loading. :D Aku, Ranz, dan kawan2 Komselis memilih gowes balik ke Jogjanya. Di jalan kita sempat digodain hujan. Sempat sekali kita berteduh, Cuma sebentar, hujan berhenti. Kemudian kita melanjutkan perjalanan, terutama setelah Ranz memasukkan kameranya ke dalam tas di handle bar sepeda Da. Tak jauh dari situ, kita melihat hujan turun di jalan depan kita, beberapa meter jauhnya. Waaah ... kita langsung berteduh di satu bangunan yang kebetulan ada di sebelah kanan. Dari situ, kita putuskan untuk mengenakan mantel.

Karena sudah pernah lewat jalan itu, aku dan Ranz hafal bahwa untuk menuju Tugu Jogja, kita cukup lurus saja di jalan yang kita lewati. Di sepanjang jalan, kita bertemu para peserta gowes jfb9uyub lain yang berteduh di banyak lokasi. Mungkin mereka lupa membawa mantel. Aku dan Ranz berpisah dengan kawan-kawan Komselis ketika mereka belok ke arah kanan, menuju arah Gamping. Aku dan Ranz terus lurus ke depan hingga sampai di Jalan Kyai Mojo, sekitar 1 kilometer sebelum sampai perempatan Pingit. Ranz mengajak mampir ke warung SS, dia kelaparan dan nyidam makan sambal di SS. J Waktu menunjukkan pukul 13.10.

Warung SS cukupramai meski kita tidak perlu mengantri untuk mendapatkan tempat duduk. Kita duduk di area lesehan, di bagian depan, hingga kita bisa melihat ke arah jalan, dimana kita melihat banyak peserta gowes jfb9uyub lewat untuk kembali ke Jogja.

Menjelang pukul setengah tiga, aku dan Ranz berpisah di depan warung SS tempat kita makan siang. Ranz menuju stasiun Tugu Jogja, aku langsung ke arah terminal Jombor. Mendung kembali menggayut di langit Jogja. Bahkan sekitar satu kilometer menjelang sampai Jombor, aku mulai kegerimisan lagi.

Seperti sehari sebelumnya, waktu aku sampai terminal, ada satu bus patas sedang ngetem. Namun ketika aku sedang melipat Austin dengan buru-buru, bus itu telah pergi meninggalkan terminal Jombor. Heleh. LOL. Akan tetapi beda dengan sehari sebelumnya, ternyata di belakangnya telah datang satu bus patas lain! Dengan suka cita, aku langsung membeli tiket, dan naik bus. Ini armada baru, bukan bus N****t*** maupun bus R***y***, melainkan bus H**y***o. Hanya 10 menit setelah aku naik bus, bus ini telah berangkat meninggalkan terminal Jombor. Owh ... cepat sekali!
Sepanjang perjalanan pulang ke Semarang, hujan dan gerimis silih berganti. Aku pun mempersiapkan mental jika nanti setelah turun dari bus, aku harus kehujanan saat menaiki Austin dari Sukun menuju Pusponjolo.

Bus H**y***o yang kunaiki ini ternyata rada pelan jalannya. L Jika biasanya bus patas hanya butuh waktu 3 jam dari Sukun – Jombor atau sebaliknya – tanpa macet, kali ini kita butuh waktu tiga setengah jam. Bus sampai di Sukun pukul setengah tujuh malam! Sudah mulai gelap. Namun untunglah, tak ada tanda-tanda titik-titik gerimis turun! Alhamdulillah! Setelah unfold Austin, dengan suka cita aku mengayuh pedal untuk menuju area Tugumuda.

Aku telah sampai rumah sebelum pukul setengah delapan, tepat ketika aku mulai merasakan titik-titik gerimis jatuh dari langit. Yeay! J

Sampai ketemu di pengalaman Nana dan Ranz bersepeda berikutnya yaaa.


LG 15.00 08/02/2018 

Vlog besutan Ranz.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.